Perburuan Penyihir : Hypatia
Pixabay/Lyre |
Alexandria, Mesir. Menjelang Paskah 415 M, segerombolan orang dibawah pimpinan seorang penceramah bernama Peter, menyerang kereta yang ditumpangi seorang wanita bernama Hypatia. Mereka menyeretnya ke sebuah gereja, Kaisarion. Pakaiannya dilucuti, lalu dia dipukul menggunakan lempengan tanah liat sampai mati.
Tidak puas hanya membunuhnya, gerombolan ini lalu mencungkil matanya dan memotong-motong tubuhnya sampai kecil. Tiap orang lalu menyeret potongan tubuh ini sepanjang jalan, lalu sesampai ditanah lapang potongan tubuh ini ditumpuk lalu dibakar.
Pensucian dari penyihir, demikian alasan mereka melakukan hal ini. Hypatia dituduh sebagai penyihir, yang dengan kekuatan setan akan merayu dan meraih simpati dan kepercayaan dari orang-orang.
Hypatia memang seorang Pagan alias penganut kepercayaan yang mempercayai kekuatan alam dan bukannya agama tertentu. Saat itu memang Pagan adalah kepercayaan yang umum dipercayai sementara penduduk sebagaimana ada yang mempercayai agama Kristiani dan Yahudi.
Meski termasuk agama baru, Kristiani saat itu sudah memiliki pengaruh yang sangat kuat dan mulai menyingkirkan Pagan secara terang-terangan. Namun petinggi agama saat itu, Bishop of Alexandria, Theopilus, menolerir aliran Pagan yang dianut Hypatia, membiarkan mereka beribadah, bahkan bekerjasama dengan baik dengan Pagan dalam beberapa hal yang berkaitan dengan pemerintahan.
Britannica/Hypatia |
Hypatia menerima semua golongan menjadi murid-muridnya, yang kristen sekalipun. Sebaliknya mereka pun sangat menghormati dan menghargai Hypatia sebagai guru mereka.
Seorang Ahli Sejarah yang pernah menjadi muridnya, Socrates of Constatinople, mendeskripsikan Hypatia :
“Seorang Filsuf yang begitu berprestasi dalam Bahasa dan Ilmu Pengetahuan, bahkan melebihi para filsuf lain pada masanya. Murid-muridnya datang dari berbagai tempat yang jauh untuk mendengarkan penjelasannya dan meminta nasihatnya.
Dengan pembawaan yang mantap dan lugas dia tidak jarang tampil didepan para pembesar. Tanpa merasa minder, berada didepan hadirin yang kebanyakan laki-laki. Dan semua mengagumi kebijaksanaan dan martabatnya.”
Lalu bagaimana dari seorang yang begitu terhormat, Hypatia jatuh dan dituduh menjadi penyihir?
Bishop Alexandria, Thelopius, yang merupakan sahabat aliran Pagan yang dianut Hypatia, pada tahun 412 wafat mendadak sebelum sempat menunjuk penerus. Adalah Cyril, keponakan dari Thelopius, melalui perebutan kekuasaan yang cukup sengit, akhirnya berhasil merebut kedudukan terpenting tersebut.
Untuk mengamankan kedudukannya, Cyril yang serakah dan kejam, mulai menyingkirkan satu demi satu rumah ibadah yang dianggapnya sebagai saingan dan merebut harta mereka. Baik sesama gereja yang mendukung calon bishop saingannya, maupun Sinagog, tempat ibadah para Yahudi. Puncaknya, semua Yahudi diusir dari Alexandria.
Orestes, pemimpin Romawi di Alexandria yang juga merupakan murid Hypatia, marah sekali mendengar hal ini dan mengirimkan surat protes kepada Kaisar di Roma. Sejak itu, dimulailah pertikaian antara kedua kubu ini dengan Hypatia sebagai penengahnya. Tanpa mengalahkan Hypatia, Cyril tidak akan bisa menyingkirkan Orestes.
Cyril tidak berani menyerang langsung Hypatia yang sangat dihormati di Alexandria. Karenanya dia mulai menebarkan gosip bahwa Hypatia adalah seorang penyihir. Sebagai Bishop dia mengkhotbahkan berita beracun kepada umat Kristiani, bahwa Hypatia bisa jadi begitu sukses dan terhormat, karena dia menyihir pemirsanya melalui berbagai ramu-ramuan dan musik lira yang dia mainkan. Bahwa semua kemampuan Hypatia merupakan anugerah dari Setan!
Bertahun-tahun kampanye sadis ini dilancarkan sehingga banyak juga yang percaya. Termasuk juga Peter, penceramah yang begitu fanatik yang akhirnya melakukan pembunuhan atas Hypatia. Pembunuhan yang mengejutkan dan membangkitan gelombang amarah dari seluruh penjuru kekaisaran Roma. Ternyata kepopuleran Hypatia masih jauh melebihi gosip yang disebarkan Cyril.
Atas perintah dari Roma, Cyril pun ditangkap. Tapi karena kekuasaan Gereja yang begitu kuat saat itu, hampir imbang dengan kekaisaran, Cyril tidak bisa dihukum begitu saja. Proses pengadilan yang panjang dan berbelit-belit harus dijalani.
Sayangnya berbeda dengan cerita Horor Holywood yang berakhir dengan kematian para penjahat dan kemenangan pahlawan, Cyril malah lolos dari pengadilan dengan menyuap dan mempermainkan kekuasaan dengan lihai. Tentu karena bukan dengan tangannya sendiri Hypatia dibunuh, melainkan melalui tangan mereka yang termakan oleh hasutannya.
Pada tahun 420, akhirnya Cyril dengan segala siasatnya, berhasil menguasai seluruh Alexandria.
Tapi tahun berlalu, lama kelamaan kenyataan terkuak dan akhirnya Hypatia bisa membalas dendam. Meski hanya dalam bentuk tulisan kebenaran dalam sejarah dimana Cyril selamanya tercoreng dan Hypatia dikenang sebagai Martir.
Misalnya dalam film Agora, dimana Hypatia diperankan oleh si cantik Rachel Weisz.
Source/IMdb |
Komentar
Posting Komentar