Menjelaskan Kanker dengan Korupsi
Terinspirasi dari : Why it’s so hard to cure cancer Ted-ed,
Kyuson Yun
Biasanya pengobatan standar kanker adalah : Buang tumornya
dan bunuh sel-sel yang tersisa dengan kemoterapi. Kadang selain kemo, ada juga
yang menggunakan terapi hormon dan imunoterapi.
Dengan berbagai kemajuan teknologi yang hebat-hebat, kenapa
kita masih juga sulit menyembuhkan kanker?
Kita tahu sel kanker adalah sel normal yang karena berbagai
sebab bermutasi menjadi sel yang merusak fungsi tubuh kita hingga akhirnya
menyebabkan kematian. Sel kanker ini mirip pegawai kantor pemerintah, yang
korup sehingga merusak jalannya pemerintahan dan bisa menghancurkan negara.
Pixabay/Attack |
Mutasi sel ini sebetulnya adalah hal yang normal, dan tubuh
kita pun punya ‘badan pengawasan’ yang akan menghancurkan sel yang bermutasi
secara alami. Yaitu undang-undang dan lembaga pertahanan anti kanker alias KPK
nya tubuh.
Tapi terkadang ada juga mutasi sel yang lolos dari pengawasan,
lalu berkembang biak didalam tubuh kita, kadang membentuk tumor. Sel yang
bermutasi inilah yang disebut sebagai sel kanker. Jika sel kankernya ada
diusus, kita terkena kanker usus. Jika diparu-paru, maka jadilah kanker
paru-paru.
Begitu juga koruptor, yaitu mereka yang lolos dari
pengawasan. Bisa jadi karena pengawasan yang lemah atau karena memang pandai menutupi
korupsi mereka, atau bahkan membagi-bagikan keuntungan korupsi dengan teman
sekantornya, lalu pelan-pelan menghancurkan kinerja kantor tersebut.
Jika mereka yang dikorupsi kemudian karena berbagai sebab
pindah ke cabang yang lain, dia akan mengembang biakkan kemampuan korupsinya
ini ke kantor lain. Sampai satu kementrian hancur semua.
Sebagaimana sel kanker juga bisa pindah ke bagian tubuh yang
lain, alias metastasis. Misalnya awalnya sel kanker ada di payudara, lalu
karena sudah terlalu banyak, dia bisa pindah ke paru-paru.
Jika sel kanker sudah bermetastasis, maka hampir bisa
dipastikan tidak bisa disembuhkan.
Ada berbagai macam variasi mutasi sel sehingga jenis-jenis
kanker sangat bervariasi, bahkan dalam satu bagian tubuh. Yang saat ini diketahui
ada sekitar 100 jenis kanker, dan baru sedikit yang bisa disembuhkan.
Pixabay/Chemotherapy |
Seperti juga pengobatan korupsi, tangkap gembongnya, lalu
bunuh koruptor sisanya dengan aturan yang lebih ketat dan transparan. Tapi ini
sulit jika koruptornya sudah terlalu lihai dan ada dibanyak cabang. Karena
mereka merupakan bagian dari lembaga, kalau dibunuh semua, seluruh lembaga bisa
ikut mati.
Lebih sulit lagi kalau yang ditangkap hanya pegawai kecil,
dan bukan gembongnya. Mau dibunuh berapa pun kalau hanya sel kanker yang
ditargetkan sementara tumornya dibiarkan, maka akan sia-sia saja ‘kan?
Bagaimana kita bisa menemukan obat yang pasti bisa
menyembuhkan kanker?
Saat ini, penelitian terhadap sel kanker dilakukan dengan
cara mengambil sampel sel kanker yang dicomot dari bagian tubuh yang dicurigai
mengidap kanker. Seperti KPK yang mencomot beberapa orang yang korupsi. Sehingga
tidak semua variasi sel kanker bisa dideteksi.
Sehingga saat ditemukan obat yang bisa menyembuhkan satu
variasi sel kanker, saat diterapkan ke tubuh pasien, ternyata tidak mempan,
karena ternyata yang dominan adalah variasi sel kanker lainnya.
Misalnya dua orang korup untuk pendidikan anaknya. Satu
orang korup untuk mendapatkan uang agar anaknya bisa sekolah ditempat yang
baik, satu lagi korup untuk mendapatkan pengaruh agar anaknya bisa diterima disekolah
tertentu yang terlalu selektif. Jika solusi yang diberikan adalah kenaikan
gaji, maka koruptor kedua akan tetap korupsi, karena yang diinginkannya adalah
pengaruh, bukan uang.
Itu baru dua variasi. Kanker di bagian tubuh bisa punya jauh lebih banyak variasi. Misalnya glioblastomas di otak, bisa punya sampai 6 variasi sel kanker.
Selain itu sel kanker menempel pada sel sehat. Sebagaimana
koruptor menempel pada suatu lembaga pendukung pemerintah, apakah partai atau
lembaga keagamaan. Dia akan menyerap gizi dari sel sehat dan membuang kotoran
sel juga melalui sel sehat tersebut sembari menyamar menjadi sel yang sehat. Sehingga
saat KPK eh sistem pertahanan tubuh memeriksa, tidak akan ketahuan bahwa dia
sebetulnya sel kanker yang merusak tubuh, sampai sudah terlambat.
Karenanya kita harus mencari cara untuk memutuskan hubungan
antara lembaga pendukung dengan pekerja lembaga negara ini. Yang sepertinya
saat ini masih mustahil, semustahil memutus hubungan sel dengan sel kanker.
Selain itu kita juga harus mengetahui dimana awal dari sel
kanker itu berada alias stem cell nya. Karena meskipun kita sudah membuang tumor
dan kemoterapi, jika masih ada stem cellnya, meskipun hanya satu, kanker bisa
tumbuh kembali.
Dan yang paling sulit dihadapi adalah kemampuan sel kanker
untuk beradaptasi dan bermutasi. Sebagaimana koruptor lihai yang pandai ngeles
dan menyesuaikan diri saat pemerintah menerbitkan peraturan baru. Ini menyebabkan
sel kanker kadang malah menggunakan aturan tersebut untuk menyerang balik
pemerintah atau KPK.
Tapi kita jangan menyerah. Sudah banyak kemajuan penyembuhan
kanker saat ini sejak pertama kali dimulai di tahun 1970, dan tingkat kematian
pengidap kanker semakin menurun.
Tapi bagaimana dengan koruptor? Sudah adakah kemajuan
pemberantasan korupsi?
Komentar
Posting Komentar