Pendatang Bagai Benalu

Banyak orang dulu datang ke daerah-daerah di Indonesia, saat liburan, dan terkesan dengan keramahan orang Indonesia.

Sikap membantu, gotong royong. Bahkan ada yang sampai shock karena disini orang saling menegor dengan santai, bahkan ke orang yang ga mereka kenal.

Mereka juga terkesan dengan keindahan alamnya, bersih udaranya, rakyatnya yang sehat secara alami.

Lalu mereka membandingkan dengan daerah dimana mereka berasal, yang sumpek, penuh dengan polusi. Orang2 yang sukses dalam finansial, tapi punya kecenderungan bunuh diri yang tinggi.

Tidak ada yang mau saling tersenyum, saling membantu, bahkan orang yang terjatuh dijalan tidak akan dibantu, entah karena takut ditipu, takut dituntut, atau simply: eloh siapah?

Mereka menginginkan kebahagiaan dan kesehatan yang dimiliki oleh penduduk Indonesia. Mereka menginginkan hidup yang lebih baik untuk anak2 mereka. Mereka menginginkan senyum yang cerah itu. Hidup bagai tanpa beban.

Image by Andy Maulana AG
Image by Andi Maulanan AG from Flickr

 
Akhirnya mereka pindah ke Indonesia. Para investor yang melihat ini sebagai peluang potensial. Menjual daerah yang lebih bersih, lebih bahagia dan lebih ramah. Produk yang begitu dibutuhkan oleh orang-orang mereka.

Sayangnya mereka tidak mau meninggalkan semua hal yang membuat mereka tidak bahagia didaerah asalnya. Semua hal-hal yang memberikan kepraktisan tapi juga membuat hati menjadi dingin.

Didaerah asal, mereka memproduksi segala sampah, polusi dan limbah, lalu melempar kepada siapapun yang mereka bayar untuk mengolahnya.

Lalu mereka membawa semua limbah itu, kedaerah bersih, yang mereka datangi karena alam dan udaranya yang segar. Karena itulah satu-satunya cara hidup yang mereka tahu.

Mereka juga merubah pandangan pada tradisi setempat, agama, model berpakaian, selera, hiburan, bahkan warna kulit. Menganggapnya sebagai suatu hal yang garing dan kampungan. Menyebalkan. Tidak keren. Tidak sekeren tradisi mereka yang plastik dan palsu.

Sebagaimana benalu, mereka menyedot semua daya hidup, sehingga perlahan-lahan, daerah-daerah Indonesia yang bahagia, bersih dan riang, berubah menjadi suram. Rakyat yang tadinya merasa cukup percaya diri meskipun miskin, menjadi minder. Jadi benci pada kesederhanaan mereka.

Ketidakbahagiaan yang mereka tinggalkan, mereka tanam benihnya disini, mereka pupuk dengan keserakahan dan rasa angkuh.

Saat orang protes, mereka akan menggunakan segala kekerasan, kekejaman, fitnah, bagai racun benalu, sehingga kelamaan suara-suara protes itu bungkam. Dan mereka bebas melakukan apapun yang mereka mau.

Yang akhirnya membuat daerah yang tadinya bahagia, berubah jadi persis sama dengan daerah yang mereka tinggalkan.

Berhati-hatilah kalian saat dikatakan daerah kalian 'potensial', 'menarik untuk investasi', karena kebahagian kalian, kesehatan kalian, tradisi kalian akan hancur berantakan.

Image by Marcinjozwiak from Pixabay


Dan buat para benalu, kalian sebetulnya tidak perlu mencari daerah baru. Kalian hanya perlu memperbaiki diri kalian sendiri. Belajar dari tradisi setempat yang menimbulkan rasa bahagia.

Belajar bagaimana orang-orang setempat bisa berbahagia (dulu). Ketimbang merendahkan karena mereka seolah miskin, kalian belajar dari mereka. Angkat hal-hal positif dan tinggalkanlah keserakahan lama yang membuat semua orang menjadi menyebalkan.

Berubahlah jadi pupuk, ketimbang jadi benalu.


Komentar

Postingan Populer